Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pertamina Keterlaluan Jika Jual Solar Bersubsidi Mahal di SPBU

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Kamis, 21 Januari 2016, 03:25 WIB
Pertamina Keterlaluan Jika Jual Solar Bersubsidi Mahal di SPBU
ilustrasi/net
RMOL. Jika mengacu pada harga minyak dunia yang terus anjlok, sudah seharusnya harga BBM baik premium maupun solar dijual jauh murah lagi dari harga sekarang.

Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI), Ferdinand Hutahaean mengatakan, jangan sampai harga solar industri lebih murah daripada harga solar bersubsidi di SPBU.

"Pertamina keterlaluan jika menjual solar subsidi di SPBU lebih mahal dari harga Industri, jika mengacu harga minyak dunia sekarang ya memang harga jual solar harus lebih murah lagi," kata Ferdinand dalam perbincangan, Rabu (20/1).

Dia tegaskan, regulasi pemerintah yang baru melakukan evaluasi harga BBM setelah tiga bulan memberatkan masyarakat. Apalagi, kondisi yang terjadi saat ini akan berbeda saat evaluasi itu dilakukan pada Maret nanti.

Sebelumnya, harga minyak dunia yang terus merosot di bawah USD30 per barel akhir-akhir ini, sudah semestinya berimbas pada menurunnya harga jual bensin maupun solar. Bahkan harga Means of Platts Singapore (MOPS) untuk jenis solar saat ini sudah menyentuh harga USD40 per barel, yang artinya jika dirupiah dan diliterkan, harga keekonomian solar berdasarkan MOPS adalah Rp3.500/liter (belum termasuk biaya pengangkutan dan pajak).

Jika dihitung ongkos kirim katakanlah USD3 per barel (Rp300/liter) dan PPN 10 persen (Rp380/liter) ditambah PBBKB 5 persen (Rp190/liter) maka semestinya harga solar non subsidi di Indonesia berkisar di harga Rp4.370-Rp4.500 per liter.

Tapi kenyataannya harga Solar subsidi sampai saat ini Rp5.750 per liternya (Harga keekonomian: Rp6.750 per liter) ada selisih harga Rp2.380 dari harga keekonomian (selisih Rp1.380 dari harga subsidi).

Keuntungan yang sangat besar tentunya yang diraih oleh Pertamina dari masyarakat. Maka sangat tidak menutup kemungkinan ada pihak yang berani menjual harga solar non subsidi di bawah harga solar subsidi.

Informasinya ada permainan di lapangan soal harga jual beli solar dimana harga solar non subsidi (untuk Industri) lebih murah daripada harga Solar subsidi yang dijual di SPBU.
Hal ini karena pergerakan harga minyak yang cepat berubah setiap hari, sedangkan pemerintah mengevaluasi harga jual BBM setiap 3 bulan.

Seperti yang pernah terjadi pada bulan Agustus 2015 lalu yang saat itu harga solar subsidi di SPBU dijual dengan harga Rp6.900 per liter, PT AKR Corporindo Tbk, justru menjual solar industri di level Rp 6.400 per liter, lebih murah Rp 500 per liter. [sam]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA