VICE President Public & MarÂketing CommuniÂcation Telkom Eddy Kurnia mengatakan, saat ini masih beÂrupa kajian internal PT Telkom. KaÂreÂna itu, belum ada perkemÂbaÂngan apapun termasuk sebuah ikaÂtan perjanjian.
Padahal, sehari sebeÂlum Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Telkom yang digelar Jumat (17/12), Sekar TelÂkom melakukan aksi besar-besarÂan menolak merger Flexi-Esia.
“Artinya, sekarang sifatnya maÂÂsih sebatas dalam kajian inÂternal. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kajian ini masih panjang karena banyak aspek yang harus dievaluasi. Antara lain masalah legal, bisnisnya sendiri seperti apa, persaingan usaha, reÂgulasi dan tentunya juga mengeÂnai masalah sumber daya manuÂsia,†papar Eddy saat dihubungi
Rakyat Merdeka di Jakarta, kemarin. .
Bahkan, jika ada beberapa perÂsyaratan yang tidak bisa dipenuhi atau disepaÂkati, maka rencana merger itu bisa batal. “Artinya, karena masih dalam kajian, jadi bisa
go atau
don’t go,†ujarnya.
Eddy mengakui, pihaknya pernah melakukan pertemuan dengan manajemen PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), operator Esia, tetapi hanya pertemuan bisÂnis biasa. Sedangkan pertemuan yang sifatÂnya mengikat, belum pernah dilakukan.
Sementara anggota Badan ReÂgulasi Telekomunikasi IndoneÂsia (BRTI) Heru Sutadi mengataÂkan, hingga kini BRTI belum meÂngetahui secara pasti dan jelas proses merger yang akan dilakuÂkan kedua perusahaan ini. Karena keduanya memang beÂlum melaÂporkan rencana ini ke BRTI.
“Tapi kita melihat bahwa perÂsoaÂlan ini bukan persoalan sepele, karena menyangkut sumÂber daya terbatas bagi perusahaan tersebut. Misalnya soal frekuensi, penoÂmoÂran. Sedangkan keduanya peÂmain dominan di
fixed wireless access (FWA). Kita akan evaluasi kalau ada lapoÂran,†ujarnya.
Menurut Heru, sebagai peruÂsaÂÂhaan telekomunikasi besar di InÂdonsia, sebaiknya Telkom leÂbih meluaskan sayap bisnisnya di luÂar Indonesia. Meski pasar industri telekoÂmunikasi di InÂdonesia diakui masih besar.
Karena itu, pihaknya mengiÂngatÂkan, masalah merger ini agar lebih dipertegas dan diÂperjelas lagi ke masyarakat. “KeÂtiÂdakÂpastian di mata publik dan inÂvestor perlu dijelaskan. Perlu diÂsampaikan secara transÂpaÂran ke publik,†saran Heru.
Seperti diketahui, beberapa hari terakhir ini, harga saham TelÂkom terus mengalami penuruÂnan. Pada penutupan perdaÂgangan KaÂmis (16/12) saham Telkom dituÂtup pada harga Rp 7.750 atau tuÂrun Rp 50 dari hari sebelumnya. Namun pada penutupan Jumat (17/12), tepat saat RUPS) TelÂkom digelar, saham perseroan ditutup pada harga Rp 7.850 atau naik Rp 100 dari hari sebelumÂnya yang sebesar Rp 7.750.
“Saham itu kan fluktuatif. Bisa naik, bisa juga tuÂrun,†kata Eddy.
Dirut PT Bakrie Telecom AninÂdya BakÂrie sebelumnya menyaÂtaÂkan, pihakÂnya juga belum memÂÂbiÂcaÂrakan secara detil proÂgram merÂger Esia dan TelÂkom. Baik deÂngan Telkom atau KeÂmenÂterian BUMN.
[RM]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: