Direktur Kemitraan PemerinÂtah Swasta Bappenas Bastary Pandji Indra mengatakan, proyek JSS baru masuk tahap studi keÂlayakan (lanjutan) pada 2011.
“Studinya untuk melihat apaÂÂÂkah mungkin dibaÂngun atau tidak, itu dilihat kondisi tanah, geologi dan sebagainya,†kata Bastary di Jakarta, kemarin.
Studi lanjutan itu, lanjut BasÂtary, diprediksi memakan waktu lama. Dari hasil studi ini pula yang nantinya menentukan apaÂkah proyek ini bisa diteruskan atau tidak. Menurut Bastary, peÂmerintah belum bisa mengataÂkan JSS sebagai proyek prioritas yang harus segera dibangun. PemerinÂtah dalam pembangunan megaÂproyek ini disebut hanya memÂfaÂsilitasi.
“Mungkin akan ada banÂtuan teknis atau dukungan pemeÂrintah lainnya,†kata Bastary semÂbari menambahkan, pihaknya berhaÂrap proyek ini sudah bisa dimulai pada 2014.
Terkait anggaran rencana pemÂbangunan JSS, dipastikan memÂbengkak hingga Rp 250 triliun. Padahal, sebelumnya, KemenÂteÂrian Pekerjaan Umum (PU) meÂÂngÂalokasikan dana Rp 100 triÂliun untuk pembangunan tersebut.
Melihat kondisi seperti itu, anggota Komisi V DPR Riswan ToÂny DK mengatakan, hingga kiÂni koÂmisinya belum pernah memÂÂbaÂhas JSS baik dengan swasta atau Kementerian PU. Meski diÂaÂkui, piÂhak swasta suÂdah meÂmaÂsukkan pra feasibility study (FS) ke presiden.
“Kita berpikir itu project profit partnership (PPP), jadi tidak diÂbiayai oleh Anggaran PendaÂpatan Belanja Negara (APBN). NaÂmun kini biaya yang memÂbengÂkak itu luar biasa. Bagi kita itu proyek mimpi, apalagi akan dibangun di area bahaya seperti di daerah GuÂnung Krakatau,†kata Riswan keÂpada RakÂyat Merdeka, kemarin.
Sebelumnya, Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto DarÂdak menyatakan, ada beberapa faktor yang memicu pembengÂkakan biaya konstruksi tersebut. Di antaranya, cost of money pada investasi atau biaya tambahan yang timbul akibat perubahan tata cara pemÂÂbayaran. [RM]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.